Metode magnetik didasarkan pada
pengukuran suseptibilitas magnetik yang dimiliki batuan, misalnya karena
terdapatnya unsur mineral magnetik atau logam pada batuan tersebut. Beberapa
mineral lain juga akan memberikan respon terhadap pengukuran magnetik dan dapat
diperkirakan variasi persentasenya. Oleh karena itu metode ini cocok untuk
digunakan pada eksplorasi mineral yang memiliki sifat magnet seperti bijih besi
yang berasosiasi dengan granit. Anomali magnetik positif akan dipengaruhi oleh
induksi ferromagnetik yang terkandung pada granit.
Metode magnetotelurik (MT)
digunakan untuk memetakan resistivitas bawah permukaan. Walaupun masih jarang
digunakan di industri pertambangan, tuntutan untuk penambangan potensi mineral
pada kedalaman 500 hingga 1500 meter selalu bertambah. Pada kedalaman tersebut,
kekuatan resolusi metode EM atau IP sangan berkurang. Metode MT adalah pilihan
yang tepat karena dikenal dengan cakupan kedalamannya yang besar dan
kepekaannya terhadap konduktor bawah permukaan.
Prinsip metode magnetik Dalam metode geomagnetik ini,
bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana medan magnet utama bumi
dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada
medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang
dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan
pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan
baik secara lateral maupun vertikal. Eksplorasi menggunakan metode magnetik,
pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi data lapangan,
processing ,
interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada
tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu
atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing.
Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (
diurnal ),
koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi
dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali
magnetik. Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga
suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena
sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan
semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
banyak. Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan
interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan
mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet
yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada
medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin
juga bagian atas mantel. Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang
fisika denga metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori
potensial, sehingga keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun
demikian, ditinjau ari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai
perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan
besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi
besar vektor percepatan gravitasi.
Metoda Geomagnet adalah salah
satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi.
Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi
susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai
susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang
mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya
bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi
kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan
untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah
diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.
Metode Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik,
peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini
digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu
jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan
magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik
adalah Global Positioning System (GPS).
Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi
bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu
titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena
sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh
gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam
survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
1.
Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari
medan magnet bumi.
2.
Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik
pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
3.
Sarana transportasi
4.
Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5.
PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC,
dan lain-lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan
peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama
proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi
cuaca dan lingkungan.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang
pertama dilakukan adalah menentukan base station dan membuat station – station
pengukuran (usahakan membentuk grid – grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan
luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di
station – station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula
dilakukan pengukuran variasi harian di base station.
Pengaksesan Data IGRF
IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field. Merupakan medan acuan
geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan
magnetik utama bumi (H0).
Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran
medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam
survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya.
Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan
karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik
(ΔHr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan
magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi
pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini
bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan
pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.
Pengolahan Data Geomagnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik
yang diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total
hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang
mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi.
1.
Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik
bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data
medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi.
Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan
dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
1.
Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada
dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik
utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan
koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi
IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap
nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik
pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah
dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ±
H0
Dimana H0 =
IGRF
2.
Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh
topografi dalam survei megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei
geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk
menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi
menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan
pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi
yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan
koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian –
H0 – ΔHtop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik
yang terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan
sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang
mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta
kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
Reduksi ke Bidang Data
Untuk mempermudah proses pengolahan dan
interpretasi data magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih
tersebar di topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses
transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya
mensyaratkan input anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang
datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana
setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).
Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan
proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang
datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini
dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu
mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik
yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses
pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali
magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang
menjadi target survei magnetik ini.
Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan
magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan
anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di
bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik
regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi
target survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk
menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik
hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh
anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian
tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan
tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih
tinggi.
Interpretasi Data Geomagnetk
Secara umum interpretasi data geomagnetik
terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif.
Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang
bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi
bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan
ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi
benda magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap
keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau
model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan
matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana
antara satu dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang
diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar